Pages

0

Daun Kering dan Cintaku



  Hari ini aku masih takut membuka mata, masih enggan menatap kenyataan.  Aku masih enggan menghirup udara.
Kau tau aku tak pernah berniat jatuh cinta padamu.
Tak pernah tau bahwa aku akan menjatuhkannya untukmu (juga).
Seperti dedaunan kering itu,
Mereka takan pernah tau kapan mereka akan jatuh.
Bahkan sebelum mereka sempat menjadi kuning dan coklat.
Aku tak tau aku jatuh cinta padamu bahkan sebelum aku sempat berkedip, jatuh cinta memang semudah itu kan?,
Kita akan bertemu, bersapa, dan jatuh cinta.
Tapi, cintaku yang kali ini,
Masih sama seperti yang sebelumnya, aku masih jatuh dan belum tertangkap.
Belum tertangkap atau memang kamu belum sempat menangkapnya?,
Atau mungkin kau memang tak berniat menangkapnya?.
Daun-daun itu jatuh tertarik gravitasi bumi,
Cintaku jatuh, tertarik oleh semua kelebihanmu yang tentunya terdapat kekurangan
Yang tentu saja begitu ingin aku lengkapi.
Cintaku seperti daun yang jatuh dari rantingnya,
Tertarik gravitasi,
Tertiup angin,
Jatuh dipeluk tanah, berselimutkan debu.
Cintaku mereka jatuh, tanpa pernah kusuruh
Jatuh dipeluk angin, berselimutkan mimpi.
Cintaku seperti daun yang jatuh dari rantingnya,
Berserakan, terinjak terhempas angin,
Jika tak terbawa angin, daun kering itu akan diam
 menunggu seseorang baik hati yang,
Akan membawa mereka berkumpul dengan daun kering yang lainnya,
Atau mungkin mereka hanya akan diam menunggu hingga mereka menjadi coklat dan membusuk.
Kemudian kembali lagi bersatu dengan tanah coklat, lembab yang dingin.
Ini  daun kering, yang bernasib sama seperti cintaku,
Atau mungkin ini cintaku yang bernasib sama dengan daun kering.
Ini cintaku masih bermimpi ingin jatuh dalam pelukanmu.
Ini daun kering masih bermimpi  jatuh tertiup  angin lalu terbang lagi.
Ini cintaku yang menunggu seseorang baik hati menyapunya bertemu,
Bersama serpihan cinta yang lain, yang pernah jatuh
Tak tertangkap, dan membusuk.
Ini aku yang tak pernah berniat jatuh cinta padamu.
Ini cintaku yang belum sempat tertangkap olehmu.
Dan ini kami, yang masih berharap suatu saat kau akan memungutnya,
Serpihan hati yang akan kau hidupi dalam nyatanya mimpi. 
0

Mereka Ber-hak Bahagia


hatiku mereka begitu berhak untuk bahagia

Seorang adek kelas saya meminta waktu saya di hari selasa kemarin. Dia meminta satu jam saja untuk duduk dengan saya. Dia ingin bercerita katanya. Buat saya sih itu bukan masalah yang besar, sekalian juga sekalikali gitu bolos intens *jangan bilang-bilang saya bolos intens* *xoxo*
Buat saya menjadi pendengar itu menyenangkan. Terlebih menyenangkannya lagi, ketika seseorang itu pasrah, menaruh kepercayaan pada kalian untuk mendengarkan masalahnya.
Saya akan menjadi sangat bahagia, ketika seseorang meu membagi ceritanya pada saya, dan mempercayakan saya untuk menyimpannya. Mempercayakan telinga saya untuk menampungnya. Dan mempecayakan otak saya untuk mencerna dan memberikan beberapa pendapat.
Terlebih ketika orang itu bilang “ saya bahagia punya kamu disamping saya ketika saya butuh seorang pendengar”. Ini bahagia dunia akherat loooh seriusan.
Tetapi menjadi pendengar tak semudah yang kamu pikirkan. Karena orang yang kita dengar itu memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada orang yang ingin didengar dengan seksama dan diberi pendapat. Ada pula mereka yang ingin didengarkan saja, tanpa mau mendengarkan pendapat kita. Disitu kita belajar bahwa tak semua orang bisa kita paksakan kehendak. Kita tidak boleh marah ketika seseorang sudah bercerita pada kita lalu kita menanggapi dengan memberikan masukan, lalu orang itu tidak mau mendengar apa pendapat kita. Hal sepele seperti itu tidak boleh membuat kita menjadi kapok untuk mendengar.
Oke kembali ke cerita, akhirnya sore itu saya dan adik kelas saya itu janjian di sebuah warung jus kecil di dekat sekolah. Namanya mas ateng. Jus jambu disitu adalah jus jambu tereeenaaaaaaak yang ada di dunia!. *ini seriusan, harus di coba*. Dan kami akhirnya bertemu. Berjabat tangan dan berbasa-basi yang basi.
Saya lihat matanya tak seceria biasanya. Dia sama seperti saya memiliki tubuh yang cukup subur, berjilbab juga, dan sedang merasa kelu di hati. *ini kenapa jadi saya yang curhat? -__-*
Saya     : “ kenapa? dih murung banget, dia lagi?, kenapa emangnya?”
Dia       : “ ya gitu deh mba, aku bingung udah mau setaun digantung gini, aku galau banget. Terus aku habis di tembak sama temen aku. Cuma aku bingung. Aku belum bisa move on dari dia. Aku sayang banget sama dia.  
Saya     : ” nah dia gimana sama kamu?. “
Dia       : “ gitu deh mba, ngga jelas, kadang ada. Kadang ilang.”
Saya     : “ move on dong, kan udah ada yang nembak kamu, kenapa ngga di coba?. Siapa tahu dia bisa jadi obat kamu ngelupain cowok PHP itu?.  inget yaa, jangan sampe kita jadi kenangan buruk buat orang lain!.”
Dia       : “ susah mbaa, aku terlalu sayang sama dia. Nah itu makanya aku mau curhat sama mba,,”
Saya     : “ samaa, sih aku juga terlalu sayang sama dia, begonya lagi aku selalu ngerengek sama Alloh buat kebahagiaannya.” -- * mel kenapa elo jadi ikutan curhat -__-“*
Dan percakapan itu mengalir begitu saja, setengah jam pertama aku biarkan dia menumpahkan semuanya, kekesalannya, sakit hatinya, semuanya. Saya biarkan dulu dia mengobati kelu hatinya. Saya hanya medengar sambil sesekali berkedip, mencoba memahami isi hatinya dengantatapan saya. Setelah dia sudah puas menceritakan semuanya baru lah saya berondong dia dengan berbagai pertanyaan.
Saya     : “ kamu ngerasa dia jahat ngga dek?”
Dia       : “ iya mbaaak…  dia jahat banget, dia bilang sayang tapi dia ngga mau kita pacaran. Dia malah bilang “dek kok kamu mau sih sama aku, aku kan jahat aku cowok breng*ek, kamu terlalu baik buat aku.”
Saya     : “ aku kasih perumpamaan ya. Missal gini kamu mikir dia jahat. Oke dia jahat, emang jahat udah norehin luka gitu di hati kamu. Tapi kamu masih mau nunggu dia terus, itu sama aja kamu nuangin air garem di luka kamu. Makin perih apa makin sembuh?. Perih kan?. Dan itu sama kaya kamu udah tau dia PHP, dia breng*ek, tapi kamu tetep mikir dia itu cowok baik. jadi siapa yang keukeuh tetep mau nunggu dia?”
Dia       : “ yaaa, aku siih mba, “
Saya     : “ siapa yang keukeuh tiap malem berdoa yakin dia bakal berubah?.”
Dia       : “ ya aku siih,,, “
Saya     : “ jadi dia salah ngga?.”
Dia       : ” eeeennggaaak,,, “
Saya     : “ jadi yang bego siapa?,”
Dia       : “ orang yang tetep berusa nunggu dan percaya bahwa orang yang lagi ditunggu memang ngga bisa buat dia.”
saya     : *hebat banget gue ngomong begitu* *hening*
dia       : “ mbaa, aku bego ya?, “
saya     : “ aku ngga ngomong looooh…. “
Dan pembicaraan itu terus mengalir. 

Apa yang paling sulit untuk di lewati ketika sedang jatuh cinta?. Mungkin ketika kita sadar bahwa kita hanya mencintai, tanpa merasa di-cinta-i(kembali)

Ya sudah jika kita sudah tahu bahwa dia memmang tidak layak untuk di cintai. Sudah cukup. Jangan terusterusan menyiksa batin. Cukup. Jangan terus menerus menyiksa hati. Kasian hati kita. Mereka berhak untuk bahagia. Mereka berhak untuk merasakan menyenangkannya hidup sederhana.
Hidup mu akan jauh lebih menyenangkan jika kamu tak sibuk terus-menerus menghitung kesedihan.
Sedih boleh, terkadang hati kita pun butuh merasakan sedih supaya ketika kita bertemu dengan bahagia kita akan lebih bersyukur. Tapi jangan di ratapi. Syukuri saja rasa sedih itu. tapi jangan lantas berhenti terpekur. Waktumu jauh lebih berharga jika dihabiskan untuk termenung di atas kesedihan.
Sekarang mungkin waktunya untuk bahagia. Waktunya untuk bangkit lagi mengejar apa yang sempat tertunda. Waktunya untuk bangun dan berjalan lagi. Mungkin kita sudah sedikit terlambat tapi tak apa saya yakin kita bisa berlari sedikit.
Mari hatiku kita lepaskan apa-apa yang tak terjangkau lengan. Siapa tahu disana ada beberapa yang bisa dijangkau bahkan tanpa harus melompat. Kita hanya perlu meneruskan perjalanan ini saja. Ada beribu-ribu kebahagiaan menanti di depan sana. Saya yakin. Tuhan bahkan selalu memeluk kita.
“ hey! Bahagia itu sederhana, seperti melihat langit biru atau berjalan di bawah rintik hujan mungkin!.”





Back to Top