hatiku mereka begitu
berhak untuk bahagia
Seorang adek
kelas saya meminta waktu saya di hari selasa kemarin. Dia meminta satu jam saja
untuk duduk dengan saya. Dia ingin bercerita katanya. Buat saya sih itu bukan
masalah yang besar, sekalian juga sekalikali gitu bolos intens *jangan
bilang-bilang saya bolos intens* *xoxo*
Buat saya
menjadi pendengar itu menyenangkan. Terlebih menyenangkannya lagi, ketika
seseorang itu pasrah, menaruh kepercayaan pada kalian untuk mendengarkan
masalahnya.
Saya akan
menjadi sangat bahagia, ketika seseorang meu membagi ceritanya pada saya, dan
mempercayakan saya untuk menyimpannya. Mempercayakan telinga saya untuk
menampungnya. Dan mempecayakan otak saya untuk mencerna dan memberikan beberapa
pendapat.
Terlebih ketika
orang itu bilang “ saya bahagia punya kamu disamping saya ketika saya butuh
seorang pendengar”. Ini bahagia dunia akherat loooh seriusan.
Tetapi menjadi
pendengar tak semudah yang kamu pikirkan. Karena orang yang kita dengar itu
memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada orang yang ingin didengar dengan seksama
dan diberi pendapat. Ada pula mereka yang ingin didengarkan saja, tanpa mau
mendengarkan pendapat kita. Disitu kita belajar bahwa tak semua orang bisa kita
paksakan kehendak. Kita tidak boleh marah ketika seseorang sudah bercerita pada
kita lalu kita menanggapi dengan memberikan masukan, lalu orang itu tidak mau
mendengar apa pendapat kita. Hal sepele seperti itu tidak boleh membuat kita
menjadi kapok untuk mendengar.
Oke kembali
ke cerita, akhirnya sore itu saya dan adik kelas saya itu janjian di sebuah
warung jus kecil di dekat sekolah. Namanya mas ateng. Jus jambu disitu adalah
jus jambu tereeenaaaaaaak yang ada di dunia!. *ini seriusan, harus di coba*. Dan
kami akhirnya bertemu. Berjabat tangan dan berbasa-basi yang basi.
Saya lihat
matanya tak seceria biasanya. Dia sama seperti saya memiliki tubuh yang cukup
subur, berjilbab juga, dan sedang merasa kelu di hati. *ini kenapa jadi saya
yang curhat? -__-*
Saya : “ kenapa? dih murung banget, dia lagi?,
kenapa emangnya?”
Dia :
“ ya gitu deh mba, aku bingung udah mau setaun digantung gini, aku galau
banget. Terus aku habis di tembak sama temen aku. Cuma aku bingung. Aku belum
bisa move on dari dia. Aku sayang banget sama dia.
Saya :
” nah dia gimana sama kamu?. “
Dia :
“ gitu deh mba, ngga jelas, kadang ada. Kadang ilang.”
Saya :
“ move on dong, kan udah ada yang nembak kamu, kenapa ngga di coba?. Siapa tahu
dia bisa jadi obat kamu ngelupain cowok PHP itu?. inget yaa, jangan sampe kita jadi kenangan
buruk buat orang lain!.”
Dia :
“ susah mbaa, aku terlalu sayang sama dia. Nah itu makanya aku mau curhat sama
mba,,”
Dan percakapan
itu mengalir begitu saja, setengah jam pertama aku biarkan dia menumpahkan
semuanya, kekesalannya, sakit hatinya, semuanya. Saya biarkan dulu dia
mengobati kelu hatinya. Saya hanya medengar sambil sesekali berkedip, mencoba
memahami isi hatinya dengantatapan saya. Setelah dia sudah puas menceritakan
semuanya baru lah saya berondong dia dengan berbagai pertanyaan.
Saya : “ kamu ngerasa dia jahat ngga dek?”
Dia :
“ iya mbaaak… dia jahat banget, dia
bilang sayang tapi dia ngga mau kita pacaran. Dia malah bilang “dek kok kamu
mau sih sama aku, aku kan jahat aku cowok breng*ek, kamu terlalu baik buat aku.”
Saya :
“ aku kasih perumpamaan ya. Missal gini kamu mikir dia jahat. Oke dia jahat,
emang jahat udah norehin luka gitu di hati kamu. Tapi kamu masih mau nunggu dia
terus, itu sama aja kamu nuangin air garem di luka kamu. Makin perih apa makin
sembuh?. Perih kan?. Dan itu sama kaya kamu udah tau dia PHP, dia breng*ek, tapi
kamu tetep mikir dia itu cowok baik. jadi siapa yang keukeuh tetep mau nunggu
dia?”
Dia :
“ yaaa, aku siih mba, “
Saya :
“ siapa yang keukeuh tiap malem berdoa yakin dia bakal berubah?.”
Dia :
“ ya aku siih,,, “
Saya :
“ jadi dia salah ngga?.”
Dia :
” eeeennggaaak,,, “
Saya :
“ jadi yang bego siapa?,”
Dia :
“ orang yang tetep berusa nunggu dan percaya bahwa orang yang lagi ditunggu
memang ngga bisa buat dia.”
saya :
*hebat banget gue ngomong begitu* *hening*
dia :
“ mbaa, aku bego ya?, “
saya :
“ aku ngga ngomong looooh…. “
Dan pembicaraan itu terus mengalir.
Apa yang paling sulit
untuk di lewati ketika sedang jatuh cinta?. Mungkin ketika kita sadar bahwa
kita hanya mencintai, tanpa merasa di-cinta-i(kembali)
Ya sudah
jika kita sudah tahu bahwa dia memmang tidak layak untuk di cintai. Sudah cukup.
Jangan terusterusan menyiksa batin. Cukup. Jangan terus menerus menyiksa hati. Kasian
hati kita. Mereka berhak untuk bahagia. Mereka berhak untuk merasakan
menyenangkannya hidup sederhana.
Hidup mu akan jauh
lebih menyenangkan jika kamu tak sibuk terus-menerus menghitung kesedihan.
Sedih boleh,
terkadang hati kita pun butuh merasakan sedih supaya ketika kita bertemu dengan
bahagia kita akan lebih bersyukur. Tapi jangan di ratapi. Syukuri saja rasa
sedih itu. tapi jangan lantas berhenti terpekur. Waktumu jauh lebih berharga
jika dihabiskan untuk termenung di atas kesedihan.
Sekarang mungkin
waktunya untuk bahagia. Waktunya untuk bangkit lagi mengejar apa yang sempat
tertunda. Waktunya untuk bangun dan berjalan lagi. Mungkin kita sudah sedikit
terlambat tapi tak apa saya yakin kita bisa berlari sedikit.
Mari hatiku
kita lepaskan apa-apa yang tak terjangkau lengan. Siapa tahu disana ada
beberapa yang bisa dijangkau bahkan tanpa harus melompat. Kita hanya perlu
meneruskan perjalanan ini saja. Ada beribu-ribu kebahagiaan menanti di depan
sana. Saya yakin. Tuhan bahkan selalu memeluk kita.
“ hey! Bahagia itu
sederhana, seperti melihat langit biru atau berjalan di bawah rintik hujan
mungkin!.”
0 komentar:
Posting Komentar