Ketika saya berumur lima tahun, ibu sudah mengajarkan saya
bagaimana caranya mengikat sepatu.
Bagaimana caranya membuat simpul berbentuk pita yang bisa
lepas bila salah satu ujung talinya ditarik.
Dan aku begitu tertarik mempelajarinya. Ibu memberi tahu aku
apa pentingnya mengikat tali sepatu.
Ibu bilang “supaya tali-tali sepatu itu tidak mencelakai
aku”.
Entahlah, tapi yang ada difikiranku saat itu adalah
bagaimana bisa tali-tali sepatu itu mencelakaiku.
Bahkan mereka begitu jauh dari kepalaku. Apa mungkin tali
sepatu itu akan mencubitku?.
Ibu ini memang terkadang lucu, menasihatiku tanpa memberikan
arti yang sesungguhnya.
Suatu saat aku tengah berlari mengenakan sepatu bertaliku,
dan aku lupa tidak mengikat tali sepatuku, sebenarnya aku lupa bagaimana cara
mengikatnya. Aku belum terampil.
Terakhir kali aku mengikat tali sepatu sendiri, akhirnya ibu
menggunting tali sepatuku karena terikat mati kata ibu. Waktu itu aku belum
mengerti bagaimana tali bisa terikat mati?.
Ahhh, ibu gemar sekali menggunakan kata-kata asing
ditelingaku.
Ya, waktu itu aku tengah berlari dengan sepatu bertaliku dan
tidak mengikat talinya, hingga akhirnya lari-lariku berujung pada tangis
pecahku.
Aku terjatuh, lututku sobek karena terkena batu dipinggir
jalan.
Aku menangis, berteriak, merancau, merajuk pada ibu.
Tapi ibu tidak pernah panik. Ibu hanya menggendongku lalu
mengobati lukaku dengan obat merah.
Ibu tidak memarahiku karena menangis ketika terjatuh, ibu
hanya bilang,
“ yayang, pasti lupa ya ngga ngiket tali sepatunya, kan ibu sudah bilang, kalo lupa mengikat tali sepatu nanti bisa celaka, jadinya lututnya lecet. Sudah jangan menangis, lain kali jangan lupa mengikat sepatu. Nanti ibu ajari lagi bagaimana cara mengikatnya.”
“ yayang, pasti lupa ya ngga ngiket tali sepatunya, kan ibu sudah bilang, kalo lupa mengikat tali sepatu nanti bisa celaka, jadinya lututnya lecet. Sudah jangan menangis, lain kali jangan lupa mengikat sepatu. Nanti ibu ajari lagi bagaimana cara mengikatnya.”
Saat it aku baru mengerti apa yang dimaksud ibu dengan “
celaka”
Ya, tali sepatu itu memang membantuku untuk mengencangkan
sepatu yang kebesaran, tetapi jika aku lupa mengikatnya ia akan mencelakaiku.
Mengikat tali sepatu sama seperti jatuh cinta,
Jatuh cinta akan membuatmu menjadi dapat saling berbagi dan
mengasihi orang lain. Jatuh cinta bisa membuatmu bahagia.
Jatuh cinta mungkin bisa membuat beberapa orang saling
melengkapi kekurangan satu sama lain.
Tetpi jika kita tidak mengikat rasa cinta itu,
Cintapun akan membuat kita celaka.
Untuk itu,
Jatuh cinta lah dengan bijaksana.
Memang kita tidak bisa menentukan untuk tidak jatuh cinta
pada seseorang.
Siapa yang tahu kapan cinta datang, kapan cinta pergi, cinta
itu adalah rahmat dan nikmat Tuhan.
Kita tidak bisa menentukannya,
Tapi kita bisa saja mengatur kadarnya. Tidak memberhentikan
rasa sayang itu,
Hanya saja mengurangi kadarnya.
Berbijaksanalah untuk menjatuhkan hati.
Berbijaksalah untuk menjatuhkan cinta.
“ aku berikan cinta
ini untukmu, ya seperti yang kau ketahui aku hanya punya satu, untuk itu jangan
patahkan cintanya.”
0 komentar:
Posting Komentar